Dahulu kala tempat ini adalah hutan yang rindang. Tidak ada penduduk satupun yang hidup di sini. Bahkan tempat ini terlihat gelap lantaran tidak ada orang yang mengunjunginya. Sehingga ada yang mengatakan hutan ini seperti hutan belantara karena dengan wilayah yang luas di tumbuhi pepohonan dan belum ada penghuni manusia.
Sampai suatu ketika, ada dua orang laki-laki yang datang ke tempat itu. Mereka bernama Purboyo biasa di panggil “Mbah Purboyo” dan Ngubono biasa di panggil “Mbah Ngubono”.
Kemudian, mereka berunding untuk membabat (menebangi) pohon di hutan sebagai tempat tinggal. Kemudian Mbah Purboyo dan Mbah Ngubono membagi tugas untuk menebangnya. Dengan kesepakatan hutan sebelah selatan di tebang oleh Mbah Purboyo sedangkan bagian utara di tebang Mbah Ngubono.
Pada suatu saat ada seorang pemuda yang datang ke hutan itu untuk mencari kayu. Pemuda itu bertemu dengan Mbah Purboyo dan Mbah Ngubono.
“Sedang apa dirimu kesini wahai pemuda?” tanya Mbah Ngubono kepada pemuda itu. “Saya sedang mencari kayu mbah” jawaban pemuda dengan santun.
Mbah Ngubono menganggukkan kepala dan berkata, “Bisakah kamu membantu kami untuk menebangi pohon ini?”
Dengan perasaan senang hati pemuda itu menjawab “Iya Mbah, dengan senang hati saya siap membantu. Lantas kenapa hutan ini ditebang mbah?"
“Saya berencana tempat ini ingin kujadikan desa atau kota, agar ada penduduknya dan tidak sepi seperti sekarang” Penjelasan dari Mbah Purboyo.
Karena pemuda itu tidak mempunyai alat untuk menebang kayu, akhirnya pemuda diberi alat untuk memotong kayu. Alat itu terbuat dari besi yang runcing yang biasanya dipakai Mbah Purboyo untuk pandai besi. Mbah Purboyo berharap setelah selesai penebangan pohon, alat yang diberikan kepada pemuda itu bisa berguna. Salah satunya bisa digunakan menjadi seorang pandai besi. Yang saat ini masyarakat desa menyebutnya dengan “Pande Besi”.
Selesai penebangan Mbah Purboyo dan Mbah Ngubono menemui pemuda, “Kebetulan tempat ini belum diberi nama. Berhubung pohonya di tebang dengan alat yang biasanya di pakai untuk pandai besi. Bagaimana kalau diberi nama Pande Sengkang?” tanya Mbah Purboyo kepada Pemuda.
Lalu pemuda itu berpendapat “Bagaimana kalo diberi mana Kuangsan? Karena atas Kuasa Tuhan tempat ini bisa menjadi desa dengan harapan mempunyai penduduk yang hidup rukun sesama masyarakatnya.” Akhrinya disetujui nama desa ini kepada Mbah Purboyo dan Mbah Ngubono.
Dan sampai sekarang tempat itu menjadi Desa Kuangsan. Yang memiliki jumlah penduduk sekitar 2272 jiwa. Dengan jumlah laki-laki 1032 jiwa dan jumlah perempuan 995 jiwa. Dengan harapan semoga Desa Kuangsan bisa menjadi lebih maju, bisa menghasilkan penerus bangsa yang baik.